Jelajah Potensi Pariwisata Kota Minyak, Bojonegoro
Ketika teman saya Eni kebetulan mengadakan perjalanan ke Jawa Timur, saya memintanya mampir ke kota kelahiran saya. Saya menyempatkan diri untuk cuti dan kami menjelajah kota kelahiran saya, Bojonegoro, sekedar untuk bernostalgia akan masa-masa kecil hingga saya remaja di kota ini.
Bojonegoro di kelilingi oleh pegunungan kapur Kendeng di sebelah selatan dan pegunungan kapur utara yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Bojonegoro juga salah satu kabupaten yang di lalui sungai terpanjang di Jawa yaitu Bengawan Solo (548 km).
Dengan kondisi iklim yang panas, perkebunan yang bisa di kembangkan saat ini adalah hutan Jati dan tembakau.
Pertanian subur hanya ada di beberapa daerah yang di lalui sungai Bengawan Solo dan anak sungai nya. Selebihnya adalah ladang-ladang kering yang mengandalkan air hujan dikala musim hujan dan air tanah dikala musim kemarau, karena itu kebanyakan petani membuat sumur di ladang mereka.
Sebelum sumber minyak dan gas bumi terbesar di temukan, kota ini serasa sebuah film slow motion, tidak banyak perkembangan berarti. Tetapi keadaan berubah setelah sumber minyak mentah dengan kandungan 1,478 milyar barel dan gas mencapai 8,14 milyar kaki kubik di temukan di lapangan Banyu Urip, kecamatan Ngasem di tahun 2001 (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ngasem,_Bojonegoro)
Dengan adanya penemuan ini Bojonegoro mulai menggeliat. Infrastruktur di bangun dan roda perekonomian mulai bergerak nyata, yang di mulai di awal tahun 2006, setelah perusahaan minyak Amerika ExxonMobil di tunjuk sebagai operator utama blok Cepu. Selain ExxonMobil, Petrochina bersama Pertamina (JOB) juga beroperasi di wilayah Bojonegoro.
Minyak juga telah merubah pemandangan di pinggiran kota kecil ku ini. Saya temui beberapa sumur pengeboran minyak bermunculan di daerah pinggiran kota. Pemandangan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, namun it is a nice spot untuk di jadikan ajang narsis saya dan Eni ;-)
Terpikir oleh saya, sumur pengeboran minyak ini bisa di jadikan salah satu obyek wisata IPTEK (Ilmu pengetahuan dan Tehnologi), kenapa engga?? karena tidak semua daerah memiliki sumur pengeboran minyak bukan?... bagi orang yang selalu curious (penasaran) seperti saya, pasti akan menjadi tamu pertama yang berkunjung!
Pengeboran minyak di pinggir kota Bojonegoro |
Yeah I can catch it!! ;-) |
Harapan saya seperti harapan banyak masyarakat Bojonegoro, minyak akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di pelbagai sektor. Termasuk sektor perhotelan bidang yang saya geluti, sehingga saya bisa kembali pulang dan dengan bangga ikut mengembangkan kota kelahiran saya ini, terutama di bidang Pariwisata nya. Dengan hasil minyak bumi yang begitu besar, tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat sektor Pariwisata dengan mengembangkan potensi yang ada bukan?? ;-)
Tidak banyak tempat wisata di kota ku ini; Khayangan Api yaitu sebuah sumber api abadi yang terletak di hutan Jati. Waduk Pacal yaitu sebuah bendungan peninggalan jaman Belanda. Serta tempat wisata keluarga kolam renang Wana Tirta Dander.
Sebenarnya Bengawan Solo juga menyimpan potensi wisata alam yang cukup menarik. Baru-baru ini di bangun sebuah bendungan besar di tengah sungai Bengawan Solo, yaitu Bendungan Gerak, yang terletak di sebelah barat kota Bojonegoro, dan saat ini mulai di kenal dan ramai pengunjung. Mungkin suatu saat nanti tempat ini akan menjadi salah satu tempat wisata andalan Bojonegoro.
Bendungan Gerak |
Waduk Pacal, since 1933 |
Saya menjelajah desa-desa di pinggiran Bengawan Solo. Sangat menyenangkan menyeberangi sungai yang luas ini dengan perahu kayu traditional, dengan pemandangan desa di pinggir sungai, ladang jagung yang menghijau dan kegiatan para pencari pasir sungai, sungguh menarik bagi saya.
Ada beberapa jembatan megah di bangun melintasi Bengawan Solo, salah satunya adalah jembatan di jalan menuju ke kabupaten Tuban yang terletak di utara Bojonegoro yaitu Jembatan Glendeng.
Saya bersama Eni melakukan trekking pendek, menyusuri pinggiran sungai dan berpiknik ria menikmati keindahan Bengawan Solo yang mengalir tenang di bawah Jembatan Glendeng.
Saya membayangkan andai suatu hari Bengawan Solo di rubah bagai Canal di Amsterdam dengan wisata perahu ferry menyusuri sungai, berawal dari Bendungan Gerak menuju daerah sungai yang melewati kota Bojonegoro, tentu akan menambah daya tarik wisata kota ini.
Semoga kelak Bengawan Solo bisa di kelola menjadi tempat wisata yang mumpuni yang membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar ;-)
Perahu kayu, alat transportasi penyebrangan di Bengawan Solo |
Bengawan Solo, perahu kayu dan para pencari pasir sungai |
Jembatan Glendeng |
Jembatan Glendeng melintasi Bengawan Solo |
The Trekker ;-) |
Berbicara tentang kuliner, cita rasa masakan Bojonegoro juga engga kalah lho dengan daerah lain, rasa Jawa Timuran yang asin dan pedas dengan harga yang super pas di kantong ;-) membuat saya suka berwisata kuliner kalo pulang kampung.
Coba saja tahu bumbu ala Bojonegoro yang pedas manis dengan bumbu kacang dan kecap, lontong cecek (cecek = kulit sapi, yang dimasak dengan bumbu genap) juga nasi pecel khas kota ini, semua nya yummy.
I can't wait to explore more about Bojonegoro Today ;-)
9 komentar:
love it!selalu ingin pulang menikmati cecek jonegoro..MATOH!
Ayo Bojonegoro!
Ayo Bojonegoro!
Lontong cecek yang di bawah lalin, di pojok kantor Polisi is the be---est. Terima kasih sudah berkunjung ;-)
like gethuk jonegoro
siiiip yun... te oo pe be ge te... escorting qt k bojonegoro dooonk...
Setuju! gethuk singkong di Sukirejo dan Banjarjo manteb poll, ga ada yang nandingin!!
Terima kasih komen nya ya, terbersit ide untuk menulis ttg kuliner Jonegoroan ;-) Asikk makan-makan....
Bunda Yekti, makasih kembali. Really wants to seeing you di kota kelahiran kuuu... aturable ;-)
Slogan semangat... Bojonegoro harus maju! ;-)
Posting Komentar